TEKNOLOGI TEPAT GUNA PANEL SURYA DI PULAU SANGIANG UNTUK KONSERVASI PENYU.
Teknologi Tepat Guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, murah serta menghasilkan nilai tambah baik dari aspek ekonomi maupun lingkungan hidup. Dari definisi diatas kita bisa tau bahwa teknologi tepat guna bertujuan untuk mempermudah pekerjaan atau mengembangkan suatu lingkungan untuk bisa menghasilkan nilai tambah baik dari aspek ekonomi maupun lingkungan hidup. contoh dari teknologi tepat guna yaitu traktor, panel surya, dll.
Berdasarkan IUCN Red list, Penyu menjadi reptil laut yang terancam punah. IUCN Red list adalah suatu jenis organisasi internasional yang pertama kali digagas pada tahun 1964 untuk menetapkan standar daftar spesies dan upaya konservasinya. penyu termasuk ke dalam hewan yang terancam punah karena hanya sekitar 2% dari telur yang menetas dapat tumbuh menjadi penyu dewasa. hal itu disebabkan karena adanya ancaman-ancaman dari hewan predator seperti biawak, hiu, burung, dan sebagainya. Selain itu ancaman lain juga terjadi seperti hancurnya habitat karena perubahan iklim serta ekploitasi oleh manusia mulai dari pencurian telur, daging, karapas hingga tukiknya itu sendiri untuk diperdagangkan secara ilegal.
Pulau Sangiang yang terletak di Selat Sunda, merupakan pulau yang termasuk kedalam wilayah kabupten serang, Banten. pulau ini merupakan kawasan tempat persinggahan migrasi penyu antara Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan untuk bertelur. Kawasan Pulau Sangiang ditetapkan menjadi Taman Wisata Alam dengan luas 528,15 ha. Namun lokasinya yang dekat dengan perkotaan dan lingkungan penduduk membuat telur-telur penyu di kawasan ini menjadi rentan rusak dan dicuri. Serta konservasi pada area tukik di pulau ini belum optimal karena kurangnya asupan tenaga listrik.
Sebelum siap dilepas ke laut, telur yang sudah menetas akan menjadi tukik yang akan tinggal di kolam pembesaran. tukik-tukik ini akan dimonitor perkembangan dan kesehatanya, namun sirkulasi air pada kolam pembesaran masih bergantung dengan tenaga manusia dan juga keterbatasan sumber daya manusia pada staf BKS DA menyebabkan kurang optimal dalam melakukan pembersihan dan penggantian air, sehingga kondisi air pada kolam pembesaran menjadi tidak terjaga lalu menimbulkan tumbuhnya jamur, gangga, dan bakteri yang bisa menginfeksi tukik-tukik tersebut. tukik-tukik yang terinfeksi itu kemungkinan hidupnya lebih kecil dibandingkan dengan tukik yang sehat. Oleh sebab itu, Yayasan Terangi berupaya mengembangkan sistem sirkulasi air otomatis yang dapat menyalurkan air laut bersih dan mengeluarkan air kotor dari kolam pembesaran. Adanya keterbatasan asupan listrik menjadi kendala utama untuk berjalannya system tersebut.
PT Sharp Electronics Indonesia bersama dengan yayasan Terangi (Terumbu Karang Indonesia) dan BKSDA TWA Pulau Sangiang melalui program "Sharp Solar Panel Project" mendukung kegiatan konservasi penyu di pulau ini dengan memberikan 4 buah solar panel yang mampu menghasilkan 1200 watt energi listrik yang akan dijadikan sebuah instalasi panel surya untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang ramah lingkungan. Energi listrik tersebut akan di pergunakan pada sistem sirkulasi air (running water system) berupa pompa, filter, dan jaringan pipa. Proses kerja dari solar panel ini adalah mengkonversikan energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip efek Photovoltaic, dimana solar panel yang terbuat dari bahan semiconductor menyerap energi matahari untuk dirubah menjadi energi listrik.
Dengan adanya panel surya ini kebutuhan listrik pada area konservasi penyu di Pulau Sangiang dapat terpenuhi, sehingga pelestarian penyu dapat lebih optimal serta meningkatkan kesadaran pengunjung dan penduduk pulau akan pentingnya menjaga kelestarian penyu.
https://images.app.goo.gl/fXvN8c5KUqc7Ntib9
https://images.app.goo.gl/LBHJGjSp95kZ3jTK9
INFOGRAFIS :
Komentar
Posting Komentar